Inersia,
Mari,
Hymne pada Kehilangan
Biskuit "Mari" menjadi cemilan masa kecil yang digemari oleh Suvi dan mayoritas kawan-kawan sebayanya. Suvi menggunakan biskuit "Mari" sebagai titik temu sekaligus metafora untuk mengajak kawan-kawannya di Surabaya meninjau kembali ingatan-ingatan masa lalu. Di dalam pameran yang akan digelar di C2O library & collabtive, biskut “Mari” buatan tangan Suvi disajikan sebagai bagian dari karya yang akan disantap bersama-sama dengan penonton. Selain itu, ia akan menyelenggarakan lokakarya yang melibatkan 10 orang (praktisi seni dan non seni) dimana ingatan akan disusun dalam wujud karya patung biskuit "Mari" yang juga akan disantap bersama, dihabiskan saat itu juga. Di dalam peristiwa pameran itu, Suvi mensituasikan karya seni rupa sebagai benda yang retan, mudah hancur, dan dapat dihabiskan. Dengan demikian, alih-alih menggunakan moda karya seni rupa untuk mengekalkan peristiwa menjadi benda, Suvi bekerja dengan benda (objek yang terlekati ingatan) untuk mengekalkan peristiwa.
​